Dewan Koinonia HKBP Cijantung adalah organ pelayanan di tingkat jemaat, yang merencanakan dan melaksanakan pelayanan untuk memantapkan persekutuan yang sehati, sepikir dan seperasaan yang mencakup Seksi Sekolah Minggu; Seksi Remaja; Seksi Pemuda; Seksi Perempuan; dan Seksi Bapak.

KRISIS JATI DIRI ORANG KRISTEN

Banyak orang kristen ikut latah, mengaku sebagai kristen tetapi tidak menunjukan jati diri sebagai orang Kristen, bagaimana ia memperjuangkan jati diri bangsa Indonesia sedangkan jati dirinya sebagai orang Kristen sudah krisis. Orang Kristen seperti ini hanya menyandang predikat atau label Kristen, yang KTPnya bertuliskan agama Kristen. Baginya kekristenan hanya bersifat lahiriah, ibarat pakaian yang bisa dikenakan pada beberapa kesempatan tertentu, namun bisa juga ditanggalkan pada beberapa kesempatan yang lain. Jati diri seorang Kristen seharusnya memiliki jati diri warga dunia sekaligus warga surga, yaitu mencintai Tuhan dan mencintai sesama di dalam berbangsa dan bernegara. Pertanyaannya, bagaimana orang Kristen mewujudkan cinta akan Bangsa dan Negara, apabila seseorang kurang mengerti jati dirinya sebagai seorang Kristen ? Apakah dia dapat mempraktekkan kehidupan kristiani dengan baik ?.

Masih banyak orang Kristen di saat makan di sebuah rumah makan baik itu rumah makan sederhana ataupun mewah, merasa malu untuk berdoa, malu menunjukkan jati diri sebagai orang Kristen di tempat yang ramai. Apalagi kalau seseorang tidak mengerti identitasnya sebagai seorang kristen maka dapat dipastikan bahwa dia akan gagal mempraktekkan gaya hidup sebagai seorang kristen yang sejati. Tidak sedikit orang yang mengaku sudah lama menjadi orang kristen tidak mengerti identitasnya sebagai orang benar. Mereka berupaya giat beribadah, juga giat mengikuti pelayanan-pelayanan bukan untuk mewujudkan ucapan syukur mereka kepada Tuhan, melainkan untuk menyandang predikat dianggap sebagai orang benar. Maka tidak heran sering kita mendengar orang kristen sendiri berkata: “saya belum layak masuk sorga, kehidupan saya belum benar". Tapi kita harus menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa ketika kita percaya kepada Kristus, dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruslamat dalam hidup kita, maka saat itu juga kita menjadi orang benar, sekalipun dosa kita merah seperti kermiji akan menjadi putih seperti salju.

Predikat sebagai orang benar ini adalah pemberian cuma-cuma dari Allah, bukan karena usaha kita atau karena kebaikan kita melakukan ibadah-ibadah. Kebaikan apapun yang dilakukan oleh orang berdosa, tetaplah dipandang dosa karena penglihatan Allah yang utama bukan pada perbuatan baiknya melainkan pada statusnya sebagai orang berdosa. Jadi hanya karena anugerah Allah lewat penebusan yang dikerjakan Kristus kita dibenarkan. Roma 3:23-24 berkata :”Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”. Jati diri orang Kristen adalah sesuatu yang menggambarkan secara esensial tentang: karakter, sifat, watak, kepribadian dan moralnya sebagai orang Kristen, yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan mengamalkan jati dirinya berdasarkan kasih Allah yang menyelamatkan melalui Yesus Kristus. Masalah yang utama bagi setiap orang Kristen adalah bagaimana agar senantiasa sadar bahwa ia sedang menjalani hidup di dalam keselamatan Allah dan mempunyai tekad untuk tetap setia di dalam Tuhan.

Konsep diri sebagai gambar dan rupa Allah sering kali terkecoh dalam diri orang Kristen sehingga banyak para pelayan gereja: para Pendeta, dan para Parhalado/Sintua tidak mengenali potret diri yang ada dalam dirinya sebagai gambar dan rupa Allah.

Para Pendeta yang selalu berkhotbah “supaya jangan takut”, tetapi mereka yang paling takut akan hidup ini, takut dipindahkan ke desa atau gereja yang kecil. Mereka kasak-kusuk kesana-kemari agar di tempatkan di gereja yang besar atau di kota besar. Karena di gereja besar atau di kota besar gaji pendeta dibayar lebih besar dari gereja yang kecil, serta fasilitas yang memadai. Tidak jarang Pendeta Resort dengan Pendeta yang Diperbantukan berselisih karena pembagian tidak adil dari sumbangan jemaat kepada pendeta. Banyak para Pendeta tidak tulus untuk melayani jemaat, mereka lupa amanat Tuhan Yesus yang mengatakan “Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mrk. 10:44-45).

Demikian juga para Parhalado/Sintua rajin melayani (maragenda, mengumpulkan persembahan), lengkap dengan baju Toga, nampak rohani, setia kepada Tuhan dan moralis, tetapi sebenarnya mereka adalah seperti pohon plastik yang mirip dengan aslinya tetapi tidak berbuah, tidak menganggap serius watak buruknya yang tidak berubah. Bahkan di antara mereka tidak memperdulikan apakah ia mengalami pertumbuhan rohani atau tidak. Mereka diberi kesempatan tampil ditengah-tengah jemaat sebagai parhalado, dihiasi dengan tugas melayani di gereja tetapi tidak menghasilkan buah, ia tetap manusia lama penuh kepalsuan, belum lahir baru.

Menjadi pertanyaan, apakah mereka itu termasuk pohon plastik atau pohon hidup? Ingat, setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api" (Mat 7:19).

Pengenalan jati diri orang Kristen yang menggambarkan potret diri, tentang karakter, sifat, watak, kepribadian penting untuk memaknai: Siapakah saya …. ? Apakah saya mengenal diri saya ? Apakah ada pertumbuhan kedewasaan iman, cara berpikir dan perilaku dalam diri saya ? Apakah saya seorang manusia “bertopeng” yg mengaku Pendeta, Parhalado/Sintua, para Guru Sekolah Minggu, Anggota Jemaat, padahal karakter dan perbuatannya jauh dari kehendakNya ?. Ini adalah deretan pertanyaan standart yang patut kita ajukan dalam introspeksi diri kita sebagai orang Kristen, demi mengenal jati dirinya sebagai gambar dan rupa Allah. Biarlah kita menjadi orang Kristen di dalam perbuatan dan bukan hanya di dalam perkataan saja. Bagaimana menurut pendapat Anda?............
(st.p.simanjuntak, ketua dewan koinonia hkbp cijantung)


Tidak ada komentar: