Dewan Koinonia HKBP Cijantung adalah organ pelayanan di tingkat jemaat, yang merencanakan dan melaksanakan pelayanan untuk memantapkan persekutuan yang sehati, sepikir dan seperasaan yang mencakup Seksi Sekolah Minggu; Seksi Remaja; Seksi Pemuda; Seksi Perempuan; dan Seksi Bapak.

Pemimpin harus diurapi Roh Kudus

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga ia cenderung selalu hidup bermasyarakat, mengembangkan kerja sama, dan hubungan dengan manusia lain. Untuk mengatur kerja sama dan hubungan itu dibutuhkan pemimpin. Siapapun pemimpin yang diberi kuasa di dalam suatu masyarakat, ia harus sadar bahwa kuasa yang dimilikinya itu berasal dari Tuhan (Maz 62:12). Demikian pula jika di dunia ini ada manusia yang mempunyai kebesaran, kejayaan, kehormatan, kemasyuran, dan kekayaan, dan kemuliaan, maka semua yang dimilikinya itu juga berasal dari Tuhan (1 Taw 29:11-12).

Siapakah yang berhak memilih pemimpinnya ?. Memilih pemimpin adalah mereka yang akan dipimpin. Pemilihan pemimpin bangsa Indonesia yang menjadi Presiden dan Wakil presiden pada 8 Juli 2009 adalah rakyat Indonesia itu sendiri. Ulangan 17: 14 mengatakan: “Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: Aku mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang disekelilingku”. Oleh karena itu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam memilih pemimpinnya adalah sesuai dengan Alkitab: Pertama, mengajukan calon pemimpin (Kis 1:23 dan 6:5). Kedua, meminta petunjuk dari Tuhan (Kis 1:24-25). Ketiga, melakukan pemilihan dari para calon yang diajukan (Kis 1:26 dan 6:5) Keempat, melantik calon yang terpilih (Kis 6:6).

Umumnya orang yang ambisius untuk memimpin biasanya tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin Seorang pemimpin yang benar dan dapat dipercaya adalah orang memegang pimpinan oleh dorongan Roh Kudus. Pemimpin seperti itu tidak mempunyai keinginan untuk berkuasa atas milik Allah, melainkan ia akan rendah hati, lembut, penuh pengorbanan terhadap rakyat yang dipimpinnya. Siapapun yang terpilih menjadi pemimpin bangsa Indonesia ini, bahwa syarat utama adalah mereka harus "dipenuhi dengan Roh Kudus", Mereka haruslah orang-orang yang tulus hati, bijaksana, dan penuh hikmat, tidak mementingkan diri sendiri; tidak mengenal lelah dan terus-menerus memusatkan perhatian pada pelayanan masyarakat yang dipimpinnya.

Yusuf diangkat sebagai pemimpin bendaharawan (Mesir), dia meyakini kapabilitas dan kermurnian niatnya dapat memimpin jabatan bendaharawan yang diterima dari raja Mesir. Yusuf bukanlah berdasarkan atas nafsu untuk berkuasa, tapi berdasarkan pemahaman permasalahan yang akan dan sedang dihadapi masyarakat Mesir pada waktu itu, Yusuf merasa bahwa ia adalah orang yang tepat untuk memikul tanggung jawab tersebut. Ketika musim kekeringan tiba, ia menjual gandum dengan emas dan perak, di tahun ke dua dengan perhiasan, di tahun ke-tiga dengan binatang ternak, di tahun ke-empat dengan budak, di tahun ke-lima dengan rumah, di tahun ke-enam dengan ladang, di tahun ke-tujuh dengan menjadikan orang sebagai budak. Ketika tahun ke-tujuh hampir habis, ia berkata kepada raja Mesir, ” Rakyat semua dan apa yang mereka miliki ada di tangan kita, tapi aku bersumpah kepada Tuhan dan Anda juga harus bersumpah bahwa mereka semua adalah merdeka dan kita akan mengembalikan harta benda mereka dan aku juga akan mengembalikan istana, singgasana dan stempel kerajaan. Pemerintahan bagiku adalah sarana untuk menyelamatkan rakyat”. Riwayat Yusuf di masa sulit Mesir melewatkan hidupnya dengan perut keroncongan agar ia tidak melupakan orang-orang yang kelaparan.

Pada waktu gereja mula-mula, Roh Kudus mengajarkan satu pelajaran yang luar biasa mengenai hakekat kepemimpinan kepada para rasul. Para rasul menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaan yang terlampau berat bagi mereka, sehingga perlu diciptakan suatu eselon kepemimpinan di bawah mereka untuk memperhatikan orang-orang miskin dan para janda yang terlantar. Orang-orang ini harus dipilih dengan hati-hati, oleh sebab itu para rasul menetapkan macam orang yang harus dipilih, "Karena itu saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu" (Kis 6:3).

Manusia di dunia sesungguhnya hanyalah seperti rumput yang segera menjadi kering dan seperti bunga yang akan menjadi layu serta seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Artinya manusia mempunyai kemampuan atau bahkan mempunyai kekuasaan, tetapi hanya sebentar saja (Maz 103:15-16; Yes 40:6-8 dan Yak 4:14). Dalam kurun waktu sebentar itu, Tuhan berpesan melalui raja Daud “Laklukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuanNya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kau lakukan dan dalam segala yang kautuju (1 Raj 2:3)

Pemimpin harus memiliki standar Moral dan hidup Kudus. Kemurnian, kesalehan dan kekudusan adalah prinsip dasar dari para pemimpin. Di zaman sekarang, terasa sekali betapa sulitnya hidup kudus. Godaan uang, pergaulan, kehidupan enak, kedudukan, kehormatan, membenarkan dusta, dll tidak luput menghadang para pemimpin kita. Kebiasan-kebiasaan buruk, kita kategorikan sebagai kelemahan manusiawi dan dianggap sah-sah saja. Padahal kemurnian moral dan karakter tidak boleh kita anggap hal lumrah sebab kemurnian moral atau bejana yang bersih sangat menentukan karya pengurapan Roh Kudus. Tetapi pegangan kita tidak boleh bergeming : hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu. (II Petrus 1:15). Pemimpin yang dipanggil oleh Tuhan harus memiliki hidup kudus, dan jangan terkena pencemaran (Rm 12:1,2, I Kor 6:19-20, I Pet 2:6, 2 Kor 6:12-16). Zaman ini adalah era informasi. Zaman ini adalah abad ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dunia kita dalam bidang IPTEK maju secara mencengangkan. Perubahan-perubahan dahsyat terjadi karena revolusi iptek. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan intelektual, pengetahuan dan rajin belajar untuk mengantisipasi perubahan tersebut. Raja Salomo adalah pemimpin yang berdoa kepada Tuhan memohon hikmat dan pengetahuan. (II Taw 1:10). Dalam buku Amsal kita dapat membaca betapa substansialnya Hikmat dan Pengetahuan. Nabi Hosea menulis : Umatku binasa karena tidak mengenal Allah (Hosea 4:6). Kalau umat Tuhan dibinasakan karena kurang pengetahuan, apalagi para pemimpinnya. Hikmat (wisdom) atau Kearifan dan kebijaksanaan hanya kita peroleh dari Tuhan. Pengetahuan dapat kita miliki karena belajar dari Alkitab (I Tim 3:15), belajar dari orang-orang lain, belajar dari buku-buku dan belajar dari sumber informasi lainnya. Pemimpin harus rajin belajar, para gembala, pendeta, harus rajin belajar (Ams 27:17, Pengk 10:10).
Pelayan pelayan Tuhan, para gembala, penatua gereja, pendeta, inilah yang disebut Pemimpin Rohani. Kepemimpinan Rohani adalah Kehambaan, Pengabdian dan pengorbanan. rajin melayani, rajin mengajar Firman dan bekerja sekerasnya untuk pertumbuhan gereja dimana ia ditugaskan. Kepemimpinan gereja adalah pengabdian (I Petrus 5:1-3), dan bukan untuk cari uang dan jabatan. Godaan kedudukan adalah salah satu kejatuhan utama para hamba Tuhan. Kepemimpinan rohani bukanlah bergaya majikan, boss atau direktur perusahaan. Pemimpin wajib memiliki hati hamba dan sifat pelayan (Yoh 13:4-17, Mark 9:35). Para pemimpin harus berjiwa pelayan. (Ep 6:6-8) seperti Yesus, berfungsi sebagai pelayan (Luk 22:27). Jadi, para pemimpin harus bergantung total kepada Tuhan, bukan kepada manusia, kekuatan uang, ekonomi, politik, atau sikon. Gereja memerlukan pemimpin-pemimpin. Jikalau tidak ada pemimpin, jatuhlah bangsa (Ams11:14). Gereja tidak akan bertumbuh mencapai kedewasaan, tanpa kepemimpinan (Ep 4:11-16). Negara yang sedang bergumul dalam dunia yang penuh goncangan dan krisis, memerlukan pimpinan yang solid, yang kekuatannya bertumpu pada Roh Kudus.

Tidak ada komentar: